Apa Yang Terjadi Ketika Kita Berhenti Mengejar Kabar Berita Terkini?
Beberapa bulan yang lalu, saya melakukan keputusan yang cukup radikal: saya berhenti mengejar kabar berita terkini. Di tengah hiruk-pikuk Bangalore yang modern, kota yang tak pernah tidur dengan berbagai informasi mengalir deras, keputusan ini terasa seperti melawan arus. Saya ingat saat itu adalah bulan Juni 2023. Sore itu, selepas kerja di sebuah coworking space di embassybangalore, saya duduk merenung sembari menyeruput chai panas di tepi jalan. Suara klakson mobil dan obrolan pengendara rickshaw menjadi latar belakang kehidupan urban yang ramai.
Tantangan Menghadapi Gelombang Informasi
Sehari-hari, hidup kita seolah dikepung oleh informasi. Setiap detik ada pembaruan berita dari berbagai sumber; media sosial memuat headline terbaru bahkan sebelum berita itu dipastikan kebenarannya. Awalnya, saya merasa seperti terhubung dengan dunia—terus mengikuti isu-isu terbaru tentang teknologi, politik, dan budaya pop. Namun semakin lama, perasaan itu berubah menjadi tekanan.
Saya mulai merasa cemas setiap kali menerima notifikasi dari aplikasi berita atau melihat trending topic di Twitter. Ada kalanya saya terjaga larut malam hanya untuk memastikan bahwa tidak ada informasi penting yang terlewatkan. “Apa jadinya jika aku melewatkan sesuatu? Apa pendapat orang lain tentang hal ini?” Pertanyaan-pertanyaan ini terus mengganggu pikiran saya.
Proses Perubahan: Menemukan Ketenteraman
Memutuskan untuk berhenti mencari tahu segala hal tentang berita terkini bukanlah langkah mudah bagi seseorang yang terbiasa hidup dalam badai informasi. Namun saya mulai memberanikan diri untuk mencoba melakukannya secara bertahap. Pertama-tama, saya menetapkan batas waktu pada perangkat elektronik saya: tidak ada lebih dari satu jam sehari untuk membaca berita online.
Kemudian saya mulai memfokuskan diri pada aktivitas lain—membaca buku-buku fiksi klasik yang selalu ingin dibaca atau menghabiskan waktu lebih banyak di alam terbuka. Saya menemukan ketenangan dalam berjalan-jalan ke taman-taman kecil di sekitar Bangalore saat pagi hari sambil menikmati udara segar dan melihat kehidupan kota mulai berdenyut kembali.
Satu momen spesifik ketika perubahan ini terasa signifikan adalah saat perayaan festival lokal Diwali beberapa bulan lalu. Ketika teman-teman sibuk berdiskusi tentang kabar terbaru saat kami berkumpul merayakan festival tersebut, alih-alih merasa terasing karena kurangnya pengetahuan mengenai isu-isu terkini, saya justru merasa lebih terhubung dengan momen tersebut—tertawa bersama teman-teman tanpa memikirkan apa pun selain kehadiran satu sama lain.
Pelajaran Berharga dari Kebebasan Informasi
Menyadari bahwa ada dunia luar sana selain layar ponsel dan kepala penuh dengan berita juga memberikan perspektif baru dalam hidup saya. Saya belajar bahwa kadang-kadang melepaskan diri dari kebisingan bisa membawa kejelasan pikiran yang lebih besar daripada setiap headline hot sekalipun.
Dalam perjalanan personal ini, nilai kedamaian mental jauh lebih berharga dibandingkan sekadar jadi ‘up-to-date’. Dengan menurunkan intensitas konsumsi informasi mengenai kabar terkini, fokus perhatian bergeser kepada interaksi manusiawi dan pengalaman langsung—hal-hal kecil namun bermakna seperti berbagi tawa bersama orang tercinta atau menikmati secangkir chai sembari menggali pemikiran sendiri tanpa distraksi luar.
Kembali Menemukan Diri Sendiri
Sekarang setelah hampir enam bulan berlalu sejak keputusan itu dibuat, rasanya langkah tersebut benar-benar membebaskan jiwa. Dari sebelumnya khawatir ketinggalan berita penting hingga sekarang mampu mengatur keseimbangan antara informasi dan pengalaman nyata telah membawa banyak perubahan positif dalam hidup sehari-hari.
Menjadi selektif terhadap apa yang kita konsumsi dapat membuka jalan bagi kita untuk mengenal diri sendiri dengan lebih baik.
Saat berkumpul dengan orang-orang terdekat tanpa gangguan media sosial membuat interaksi terasa lebih autentik—I think that’s the essence of living in a bustling city like Bangalore!